Marak Kasus Klitih, Pemerintah Didorong Bentuk Satgas dan TNI Diminta Bertindak
Berita Orbit, Jakarta-Fenomena klitih di Yogyakarta banyak menuai sorotan. Hal itu berawal dari meninggalnya siswa SMA di Yogya akibat aksi klitih pada Minggu 3 April 2022 dini hari.
Meski, bagi polisi kasus itu penganiayaan bukan klitih. Menyikapi masalah klitih ini, Dosen Sosiologi UGM, A.B Widyanta, ikut berkomentar.
Menurutnya, klitih biasanya terjadi karena kurangnya rekognisi dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga masyarakat terkait jati diri anak muda serta kurangnya ruang terbuka publik untuk berekspresi.
“Sikap jagoan yang ditunjukkan dengan melakukan kenekatan tindak kriminalitas dengan bersenjata tajam itu dianggap sebagai sebuah kondisi bahwa sikap jagoan itu yang akan mendapatkan sanjungan, kebanggaan, rasa bangga, rekognisi,” kata Abe.
Rekognisi ini menjadi kebutuhan para tersangka klitih sebab mereka berada dalam kondisi psikologis yang labil serta pembentukan dirinya belum utuh. Mereka butuh pengakuan dari orang lain atas dirinya.
Sayangnya, bentuk rekognisi itu didapatkan dengan mengganggu masyarakat lewat tindak kriminal. Bung Abe berpendapat alasannya karena tidak adanya ruang terbuka publik bagi mereka untuk bisa berekspresi.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai, aksi klitih yang belakangan ramai diperbincangkan perlu ditindak tegas oleh pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Menurutnya, aksi klitih sama seperti aksi terorisme karena mengancam keselamatan warga atau masyarakat. “Klitih ini mirip teroris, harus diberantas sampai akarnya. Polisi harus menindak keras, tidak boleh kompromi,” kata Jazilul
Menurut Jazilul, masyarakat harus aktif mencatat dan melaporkan gejala awal aksi klitih kepada pihak kepolisian. “Jangan menunggu jatuh korban atau terulang, baru bertindak,” katanya.
Di sisi lain, Jazilul menganggap aksi klitih ini aneh karena justru terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pasalnya, DIY selama ini dikenal dengan daerah kota pelajar dan wisata budaya.
Sehingga, aksi klitih pun harus dihilangkan dan ditindak tegas para pelaku sampai ke akarnya. “Ini budaya buruk sekaligus bertentangan dengan adat dan kemanusiaan,” katanya.