Siswa SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

Berita Orbit, Bogor – Sorang bocah berinisial F (11) kelas V SD di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal usai dipaksa untuk bersetubuh dengan kucing sambil direkam oleh teman-temannya menggunakan ponsel, kejadian ini terjadi pekan lalu. Korban merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Tersebarnya video rekaman tersebut membuat korban depresi, tidak mau makan dan minum sehingga mengakibatkan F meninggal dunia saat dalam perawatan di Rumah Sakit pada Minggu 18 Juli 2022. Tak hanya jadi korban perundungan, F kerap kali dipukuli oleh teman-temannya saat bermain.

“Sepekan sebelum meninggal dunia, rekaman itu menyebar dan (dia) di-bully teman-temannya semakin menjadi-jadi. Anak saya jadi malu, tak mau makan minum, melamun terus sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan,” jelas ibu kandung F, T (39), dikutip dari Kompas.com pada Rabu 20 Juli 2022.

Baca Juga  Rekomendasi KPAI Untuk Cegah Penularan Hepatitis Akut di Sekolah

Sebelum meninggal dunia, F sempat mengaku pada ibunya telah dipaksa menyetubuhi kucing sambil diolok-olok dan direkam oleh para pelaku. Saat sedang dalam proses depresinya, korban mengeluh sakit tenggorokan sampai akhirnya meninggal di rumah sakit.

“Sebelum kejadian rekaman itu, korban juga mengaku suka dipukul-pukul oleh mereka. Sampai puncaknya dipaksa begitu (sama kucing),” tambah dia.

Setelah kejadian perundungan itu, orang tua korban sempat datang ke rumah F untuk meminta maaf, pihak keluarga korban telah menyatakan ikhlas atas kepergian anaknya dan berharap kedepannya kejadian ini tidak terulang kembali.

“Saya minta jangan lagi ke anak lainnya,” ujar dia.

Menanggapi kasus ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rianti membenarkan kejadian tersebut dan meminta pihaknya datang ke rumah korban untuk memberikan pendampingan psikis bagi keluarga korban.

Baca Juga  Informasi Prakiraan Cuaca Hari Ini di Bogor, Selasa 26 Juli 2022: Siang Hingga Malam Hujan

Tak hanya itu, KPAID Tasikmalaya juga berupaya melakukan proses hukum agar kejadian yang sama tidak terulang pada anak-anak lainnya terlebih lagi, rekaman tak senonoh itu tersebar di sosial media dan menimbulkan perbincangan di kalangan publik.

“Saya dapat informasi, kemudian langsung menuju rumah korban bersama pihak kepolisian serta memberikan pendampingan terapi psikis bagi keluarga korban. Betul, sesuai keterangan keluarga korban, anak 11 tahun ini di-bully sampai depresi kemudian meninggal saat rekaman pemaksaan tak senonohnya,” kata Ato. “Kita juga akan proses jalur hukumnya supaya kejadian ini tak terulang lagi,” tambah Ato.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *