Selain Medina Zein, 3 Artis Tanah Air Ini Juga Akui Alami Bipolar Disorder
Berita Orbit, Jakarta-Gangguan mental dapat dialami oleh siapa saja, beberapa artis di Tanah Air pun secara terbuka mengakui bahwa mereka mengidap bipolar disorder. Salah satunya yaitu selebgram Medina Zein, yang dikabarkan sedang dirawat di rumah sakit lantaran gangguan bipolar yang diidapnya.
Istri Lukman Azhari itu mengaku sudah mengidap gangguan mental bipolar tipe II sejak 2016 lalu. Penyakitnya tersebut Medina alami karena keturunan genetik dari sang ibu.
Selain Medina Zein, ada sejumlah artis lain di Indonesia secara berani mengungkapkan gangguan bipolar yang mereka alami. Berikut di antaranya:
- Marshanda
Aktris cantik yang kerap disapa Caca secara terang-terangan mengungkapkan bahwa dirinya mengalami gangguan bipolar tipe II sejak 2009. Selain mengonsumsi sejumlah obat-obatan, mantan istri Ben Kasyafani itu juga menjalani terapi ke Amerika Serikat untuk mengurangi dampak dari penyakit yang dideritanya.
- Rachel Vennya
Melalui video unggahan YouTube, Rachel Vennya mengakui bahwa ia mengalami gangguan bipolar disorder. Rachel mengungkap sering kali mengalami ledakan emosional ketika marah. Bahkan, dirinya pernah mencoba bunuh diri meski menurutnya belum sampai percobaan yang parah.
Mantan istri Niko Al-Hakim alias Okin itu juga mengatakan bahwa ia bisa saja tiba-tiba pergi keluar rumah tanpa tujuan, menangis, atau menyakiti diri sendiri. Rachel Vennya sempat menutupi penyakit mental yang dideritanya selama beberapa tahun, karena takut akan stigma masyarakat terhadap bipolar disorder.
- Awkarin
Selebgram yang memiliki nama asli Karin Novilda Sulaiman ini juga sempat mengakui secara terbuka bahwa dirinya mengidap bipolar. Awkarin mengaku dirinya sering kali sulit tidur dan pikirannya terus bekerja. Bahkan ia pernah mencoba untuk bunuh diri pada 2018 lalu.
Gangguan bipolar atau bipolar disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati dan tingkat aktivitas yang sangat ekstrem. Penyebab pasti gangguan bipolar tidak diketahui, namun kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak yang berubah mungkin berperan atas terjadinya gangguan.
