Elektabilitas Prabowo Tetap Tertinggi Walau Tak Pernah Pasang Baliho dan Pencitraan
Berita Orbit, Jakarta-Tingkat keterpilihan atau elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) 2024 tetap paling tinggi berdasarkan hasil jajak pendapat Indikator Politik Indonesia. Padahal dirinya tak pernah pasang baliho maupun pencitraan di media.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan bisa diibaratkan sebuah gelas setengah penuh dan gelas setengah kosong. Gelas setengah penuhnya adalah Pak Prabowo tidak pernah pasang baliho, Pak Prabowo tidak pencitraan di televisi tetapi masih dapat 27 persen dalam simulasi tujuh nama.
Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia dengan simulasi 33 nama capres, elektabilitas Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo tertinggi di angka 21,9 persen, disusul Ganjar Pranowo sebesar 19,8 persen, dan Anies Baswedan di posisi ketiga dengan perolehan 16,4 persen.
Elektabilitas Prabowo juga masih paling tinggi di simulasi 19 nama, 7 nama dan 3 nama. Dalam simulasi 19 nama, Prabowo, Ganjar, dan Anies masih menempati posisi tiga teratas.
Prabowo di posisi pertama dengan tingkat elektabilitas 22,4 persen, disusul Ganjar 21,6 persen, dan Anies 17,1 persen. Sementara dalam simulasi tujuh nama tertutup, Prabowo memperolah 27,4 persen, terpaut sedikit dari Ganjar Pranowo. Adapun dalam simulasi tiga nama, Prabowo memperoleh 32,7 persen, Ganjar 30,8 persen dan Anies 24,9 persen.
Survei Indikator ini digelar sepanjang 11-21 Februari 2022 dengan melibatkan 1.200 responden lewat metode multistage random sampling. Margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Meski Prabowo masih paling tinggi dibanding tiga rival utamanya, Ganjar dan Anies, kata dia, Prabowo tetap harus berupaya tampil ke publik. Sebab jika dilihat ke belakang saat Prabowo bertarung di Pilpres 2019, suara Prabowo berada di atas 40 persen.
“Jadi kalau kita baca dalam gelas setengah kosongnya adalah Pak Prabowo itu perolehan di 2019 itu 44,5 persen. Berarti kan turun hampir separuhnya. Jadi ada banyak suara Pak Prabowo yang pindah ke capres yang lain,” katanya.
Karena itu, Burhan berpendapat, Prabowo perlahan tapi pasti harus tetap hadir dan tampil di depan publik. Sebab kalau terlalu jauh dari radar publik, hal itu terlalu berisiko buat Prabowo kecuali yang bersangkutan tidak punya minat untuk maju lagi.